Nikah Tanpa Restu Orangtua Berbuah Buruk, Cerpen

Di suatu senja di sebuah warung makan di kota Bandarlampung, ada seorang pengelola toko namanya Puspa. Ia memiliki paras yang sangat cantik dan selalu digoda oleh para lelaki yang mampir di toko milik ayahnya.

Sang ayah, pak Burhan mengijinkan anaknya untuk menjaga toko tersebut sebab ia mengetahui latar belakang anaknya yang sedang menempuh S1 Ekonomi di Universitas Lampung. Senja yang jingganya bak telur angsa itu, tidak biasanya ada seorang pelanggan dengan dandanan perlente dan necis. Ia membeli belanjaan dengan total Rp.500.000 yang dibayarnya dengan 5 lembar seratus ribuan.
Nikah Tanpa Restu Orangtua Berbuah Buru, Cerpen
Setelah diketahui oleh Puspa lewat nametagnya, ia bernama ahmad. Pria gagah yang awalnya ia tak tertarik pada lelaki yang berkumis tipis dan bertali pinggang kulit itu. Itulah pertama kali Puspa bertemu dengan Ahmad.

Sejak saat itu, Puspa selalu dihampiri oleh Ahmad, ia seringkali melayani sendiri Si Ahmad dan bukan penjaga toko lainnya. Semakin lama kenal, Pertemuan mereka memang di awal tidak pernah direstui oleh ayahanda Puspa, Pak Burhan.

 Sebab ia menginginkan Puspa jadi dengan seorang Tentara. Obrolan antara dua insan, ayah dan anak ini pun terjadi “Kau sudah lama kenal dengan si Ahmad itu, kan Puspa?” “Iya ayah. Aku rasa aku mencintainya.”

“Jangan bodoh, aku sampai kapanpun tak ingin kau berjodoh dengan dia, asal-usul tak jelas dan si Ahmad itu orang mana saja kau tak tahu? Jangan macam-macam dan berhenti dekat-dekat dengan si bedebah itu!” tungkas ayah Burhan kepada Puspa.Akan tapi setelah kejadian itu, mereka malah berani-berani tanpa sepengetahuan ayahnya pergi untuk nonton bioskop dan makan.

Malam itu terasa sangat indah, dan pada saat mereka sedang makan di bukit Randu, si Ahmad bertanya satu hal pada Puspa. “kita belum lama kenal, tapi aku sudah sangat mencintaimu” rayu Ahmad kepada Puspa.

“ahh, kamu bisa saja, aku jadi malu” pipi Puspa mulai memerah. “kalau kau setuju, aku ingin melamarmu untuk kujadikan istri bagaimana? Kau menerima?” tanya si Ahmad meyakinkan. “Entahlah, ini terasa begitu cepat, aku juga mencintaimu namun hubungan kita tidak direstui oleh Ayahku.. Aku takut untuk melanggar perintahnya” jawab Puspa lirih.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita menikah dengan cara nikah larian?” tanya Ahmad lagi, kali ini dengan serius. “apa kau bilang? nikah larian?” sahut Puspa. Terlihat Puspa sedang merenung perihal nikah larian yang diajukan Ahmad, ia tahu,  dengan cara ini, pasti ayahku tidak seberapa marah lagi setelah pulang dan ternyata telah menikah dengan Ahmad.

Seminggu setelah itu, di pagi hari di kamar Puspa, ditemukan oleh ibunya sepucuk surat larian dan uang pengganti membawa anaknya yang ditulis dan ditandatangani si Puspa. Kira-kira begini suratnya “Ibu, Ayah, aku ingin menikah dengan mas Ahmad, kutahu rencana kami untuk menikah pasti akan ditentang oleh ayah, maka dari itu aku menulis surat ini, aku pergi dengan mas Ahmad dengan cara nikah larian maafkan Puspa, Ayah, Ibu”

ibu yang membacanya meneriakkan nama Puspa dan memanggil Ayah Burhan untuk melihat dan membaca surat tersebut. Di hari itu, Puspa dan Ahmad melaksanakan Pernikahan tanpa dihadiri oleh para orang tua mereka. Setelah akad nikah, janur kuning bahkan saja belum layu. Hati Puspa berubah drastis pada Ahmad, pasalnya, pria yang ia idam-idamkan dan hanya akan satu menjadi miliknya, telah mempersunting dua wanita.

Puspa kala Entah apa yang terjadi sehingga Puspa dijadikan istri ketiga oleh Ahmad. “Maafkan saya, saya sangat menyukaimu dan saya tak ingin kau mengetahui rahasia terbesar saya. Dan saya telah berbohong padamu!” jelas Ahmad dengan nada sumbang. “TIDAK, Pembohong penipu ulung! teganya kau membohongiku dan menjerumuskan aku kepada hal yang bahkan tidak aku sangka selama ini, ayah, ibu pernikahan yang kuidam-idamkan menjadi binasa sudah."

Tak terasa sudah tiga tahun pernikahanku dengan Mas Ahmad dan telah dikaruniai dua orang Anak, kehidupan ekonomi kami semakin melarat dan jauh dari kebahagiaan. Mas ahmad penjudi dan paling tidak, ia bisa menghabiskan 10 hari pergi tanpa pamit lalu pulang dan entah pergi ke mana.

Aku, terlalu maul untuk menampakkan wajahku pada mereka orang tuaku dan akhirnya. Setelah dua tahun menjalani kehidupan rumah tangga dengannya, Puspa mengakhiri hubungan dengan suaminya yang jahat itu, berpisah selama-lamanya. Selamat tinggal imaji yang kurasa tak pernah berakhir pada senangnya diri.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel